Penipuan Telegram Tugas

Penipuan NFT dan aset digital

Penipu mempromosikan Non-Fungible Token (NFT) palsu atau kesepakatan aset digital di Telegram, menjanjikan akses eksklusif atau keuntungan tinggi. Penipuan NFT dan aset digital juga terjadi ketika tautan phishing yang dikirimkan kepada Anda memberi penipu akses ke kredensial masuk dompet kripto Anda. Korban penipuan ini dibujuk untuk mengirimkan mata uang kripto atau melakukan pembelian, hanya untuk mengetahui bahwa aset tersebut tidak ada atau tidak berharga. Penipuan ini biasa terjadi di grup Telegram tempat pengguna mendiskusikan mata uang kripto dan aset digital.

Mengapa Telegram digunakan oleh penipu?

Telegram terkenal dengan fitur keamanannya yang luar biasa, termasuk enkripsi ujung ke ujung dalam obrolan rahasia dan penyimpanan pesan berbasis cloud. Daya tarik Telegram bagi para penipu terletak pada fitur-fitur tersebut, karena ia melindungi setiap pengguna, termasuk para penipu. Penggunaan obrolan rahasia dan kemampuan untuk tetap anonim dengan menyembunyikan nomor telepon Anda memungkinkan penipu melakukan aktivitasnya dengan bebas.

Skema pump-and-dump investasi Telegram

Skema pump and dump adalah bentuk penipuan keuangan di mana sekelompok individu memanipulasi harga mata uang kripto atau saham dengan mengoordinasikan pembelian massal, mengirimkan pesan yang menyesatkan kepada calon pembeli, dan melalui pemasaran yang agresif. Setelah mereka mendapatkan banyak orang untuk membeli, para penipu ini menjual kepemilikan mereka.

Para korban yang tidak menaruh curiga ini dibiarkan dengan aset yang terdevaluasi setelah para penipu menjual saham mereka pada harga tertinggi, sehingga menyebabkan pasar ambruk.

Apakah aman untuk ngobrol di Telegram?

Aplikasi perpesanan ini relatif aman karena telah dilengkapi dengan fitur keamanan dan privasi. Namun sebagai pengguna Telegram, Anda harus menghindari berbagi informasi sensitif dan ekstra waspada saat menerima pesan dari kontak tidak dikenal .

Modus mencatut MyTelkomsel

Penjahat siber beralih modus dengan mengatasanamakan MyTelkomsel, aplikasi milik operator seluler Telkomsel, untuk membuat pelanggan mengklik file apk.

Modusnya calon korban diminta mengakses dan kemudian mengunduh file apk yang dikirimkan via pesan singkat.

Setelah proses instalasi selesai, calon korban akan diminta memberikan izin akses ke beberapa aplikasi termasuk foto, video, SMS, dan akses akun layanan perbankan digital atau fintech.

Jika akses sudah diberikan ke pelaku, maka sangat mungkin bagi pelaku kejahatan memiliki kontrol terhadap gawai korban serta mengetahui seluruh informasi rahasia seperti PIN, password, dan kode OTP.

"Jangan segera percaya jika ada penawaran hadiah secara langsung, serta tidak memberikan informasi data pribadi maupun data layanan jasa keuangan seperti perbankan yang bersifat rahasia," ujar Saki Hamsat Bramono, Vice President Corporate Communications Telkomsel dalam sebuah keterangan pada Jumat (24/3).

Telkomsel sendiri memastikan pihaknya tidak pernah meminta kode verifikasi dalam bentuk apa pun, termasuk mengirimkan permintaan kepada pelanggan untuk mengunduh file apk.

Modus penipuan apk berganti muka jadi file pdf via pembelian barang di online shop. Caranya sederhana; menulis ulang format .apk menjadi .Pdf. Tujuannya demi menutupi ke-apk-an file tersebut.

Akun Twitter @txtdarionlshop membagikan tangkapan layar para pembeli yang seolah ingin membeli barang dari luar toko daring dalam jumlah banyak. Mereka juga meminta nomor WhatsApp penjual.

Masalahnya, isi chat dari nomor-nomor itu hampir sama. Lewat WhatsApp, penipu juga memberikan file yang diklaim daftar orderan demi memancing penjual membukanya. Formatnya datanya adalah .Pdf.

Sementara, file dalam bentuk pdf yang biasanya disebar di kolom chat perpesanan berwarna merah dan tidak diawali dengan huruf kapital (.pdf).

Sedangkan, file yang disebar kepada para korban terlihat seakan diubah nama file 'List order.Pdf' dan tidak berwarna merah.

"Ini list order saya kak, tolong dicek dan langsung ditotalkan ya kak," kata pengirim pesan.

Di luar modus apk, penipuan online terkini muncul lewat tawaran kerja daring dengan tugas memberi like dan subscribe atau follow akun tertentu.

Pakar keamanan siber sekaligus pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto menjelaskan korban awalnya akan menerima imbalan agar tergoda.

"Ini modus penipuan baru. Setelah melakukan tugas yang mereka berikan, nanti benar kamu akan ditransfer. Tapi itu cuma untuk memancing calon korbannya. Setelah ditransfer mereka akan memasukkan kamu ke group telegram & diminta untuk deposit dengan iming-iming bonus," kicau dia di Twitter, Senin (8/5).

Salah satu korban, Syifa Giarsah (29), menceritakan mulanya dia diundang ke grup Telegram dari seseorang yang mengaku berasal dari accurate creative, perusahaan media partner iklan dan pemasaran.

[Gambas:Infografis CNN]

Perusahaan menjelaskan korban bisa mendapat uang dengan melakukan tugas seperti like dan subscribe channel YouTube mitra dari perusahaan itu.

Setiap selesai tugas denga target tertentu, peserta ditawarkan dengan tugas baru dengan imbalan lebih tinggi. Pada titik tertentu, peserta bisa mendapat imbalan lebih namun dengan menyetor uang deposit.

Lantaran merasa tak enak dengan peserta lain, korban ikut. Reward memang kemudian diterima Syifa di rekeningnya.

Tugas like dan subscribe terbaru kembali diterima dengan imbalan lebih besar dan deposit lebih tinggi dalam tiga tahap, yakni Rp3,7 juta dan Rp14,7 juta, dan Rp30 juta.

Sebelum menyerahkan yang terakhir, pemilik akun akun @Giarsyahsyifa itu sadar dirinya telah ditipu oleh pekerjaan tanpa modal tersebut. Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.

Polisi pun mengaku tengah mencari keberadaan pelaku penipuan online ini.

"Untuk pelaku kami lakukan pelacakan," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Leonardus Harapantua Simarmata, Rabu (10/5).

Bagaimana cara mengidentifikasi penipuan Telegram?

Untuk melindungi diri Anda dari penipuan umum Telegram ini, perhatikan tanda bahaya berikut dalam obrolan rahasia Telegram, percakapan grup, atau interaksi pribadi dengan individu lain:

Tip 2. Ajarkan tentang penipuan daring dan taktik umum

Phishing adalah salah satu penipuan Telegram yang umum di mana anak-anak lebih mungkin menjadi mangsanya. Anak-anak Anda harus mewaspadai dampak negatif dari mengklik tautan yang mencurigakan, karena akun mereka dapat diretas dan digunakan untuk mendapatkan informasi sensitif dari orang tua.

Penipuan phishing tingkat lanjut

Para penipu mulai menggunakan taktik phishing canggih di Telegram dengan mengelabui pengguna agar mengeklik tautan berbahaya, dan dengan meniru entitas tepercaya seperti aplikasi atau layanan populer. Biasanya, mereka mengirimkan pesan yang tampak nyata. Pesan-pesan ini disampaikan dengan cara yang menarik sehingga sulit untuk diabaikan. Tautan tersebut mengarahkan pengguna ke situs web palsu di mana mereka tanpa sadar memasukkan detail pribadi.

Bagaimana cara mengetahui apakah pengguna Telegram adalah bot?

Bot sering kali membalas secara instan dan menggunakan sistem pesan otomatis. Selain itu, bot Telegram juga memiliki akhiran “bot” yang ditambahkan ke dalamnya.

Apa yang harus dilakukan jika Anda ditipu?

Jika Anda tidak sengaja menjadi korban penipuan Telegram, segera lakukan langkah-langkah berikut:

Langkah 1. Hentikan semua komunikasi

Ambil tangkapan layar percakapan dengan penipu, termasuk profil Telegram mereka, dan akhiri komunikasi Anda.

Langkah 2. Laporkan ke pihak berwenang

Berbekal screenshot, hubungi Telegram melalui Contact@notoscam, dan melaporkan kejadian tersebut.

Jika Anda telah membagikan informasi keuangan Anda, Anda perlu menghubungi bank Anda dan mengajukan laporan. Jika perlu, laporkan juga ke penegak hukum setempat.

Langkah 3. Amankan akun Anda

Ubah kata sandi Anda dan informasi login lainnya. Aktifkan juga verifikasi dua langkah pada akun Telegram Anda, jika Anda belum melakukannya.